Celengan Kendi untuk Beryadnya
Pagi menyapa dengan
aroma embunnya yang lembut berbaur dengan aroma masakan pindang ikan lemuru
campur daun singkong dan bergedel jagung manis yang baru saja matang. Dibayangi
rona hangat sinar mentari yang menyeruak melewati kaca jendela, terlihat ketiga
putra kecil kami yang tampan berjejer bersama menikmati sarapan yang telah kusiapkan.
Ini Sabtu, bagi guru SD sepertiku, ini bukanlah hari libur. Ya, bukan liburan,
tapi Work from Home. Mengisi
pembelajaran online bagi anak-anak
didikku, kuselingi dengan mengikuti kegiatan workshop online yang diselenggarakan oleh PGRI Bali. Binar mata
memancarkan keluar aliran semangat yang mengaliri denyut nadi. Betapa tidak,
kegiatan yang sama di hari sebelumnya menyajikan materi yang sangat luar biasa
dengan narasumber yang juga sangat luar biasa. Materinya tentang mendesain
pembelajaran jarak jauh, sangat pas dengan ide yang saya anut selama ini. Bahkan,
lebih dari itu, materi itu juga mem-push
kembali power semangat saya, untuk
dapat menerapkannya secara lebih komprehensif.
Dengan penuh
semangat, tautan kelas Webex yang
dibagikan di grup chat, saya klik.
Harapan saya membuncah, materi ini hari pastinya tidak kalah super dari yang
kemarin. Dan benar saja, harapan saya terjawab. Pemateri yang akrab disapa Om
Jay ini membawakan materi yang sangat luar biasa. Materinya adalah belajar
menulis dan menjadi guru blogger.
Pemateri dengan segudang prestasi ini, menyajikannya dengan sangat luwes dan
begitu mengalir. Namun unik, memiliki kekuatan memberdayakan. Maaf, bukannya
memuji atau mengiklan lho ya… (hehe…). Inilah bukti konkretnya, saya yang
dulunya enggan membuat blog lagi
setelah blog lama saya sudah terlalu
lama terbengkalai, kini sudah mulai menulis di blog lagi. Ya, jangan bicara bagus atau tidaknya dulu lah ya… Yang
penting kan saya sudah mulai nulis lagi (Peace,
Bro!). Ya, saya dulu sempat merasa enggan membuat blog, karena sudah ada Facebook,
instagram, whatsapp (yang belakangan juga bisa diisi story kan..), so buat apa
buat blog lagi? Dengan semua platform media sosial itu kan sudah auto jadi blog saya. Apalagi kalau kemudian membuat blog, tapi isinya cuma share
link milik orang lain atau pihak
ketiga. Nggak mutu banget sih… Itu isi pikiran saya kemarin-kemarin.
Dan siang ini, melalui perkataan Om Jay dalam workshop, pikiran saya yang lama pernah tertutup, kembali terketuk dan tergugah. Kalau saya memang senang menulis, kenapa tidak menggunakan blog sebagai latihan menulis? Kenapa saya tidak menggunakan tulisan saya secara lebih bertanggung jawab, bukannya sekedar celoteh usil di media sosial? Kalau saya ingin menulis, kenapa tidak menulis? Ya, tulis saja. Sedikit demi sedikit menulis lagi. Menulis sedikit-sedikit. Sudah punya 1 buku novel, 1 buku antologi puisi solo, 1 buku antologi puisi keroyokan, bukankah itu semua harus dilanjutkan? Bukankah belum pernah ada kata cukup untuk belajar? Bukankah bahkan mengelola waktu juga adalah belajar?
Terima kasih, Om Jay.
Andalah inspirator. Mengingatkan saya kembali pada tujuan. Populer masih tanda
tanya, harta masih belum pasti, rezeki tak hanya materi, mendapat kesempatan
berbagi juga adalah rezeki. Blog ”Pendulang Rona” ini akan saya gunakan sebagai sarana belajar dan berbagi info
seputaran dunia pendidikan, karya satra, tips masakan, perencanaan keuangan,
dan apa saja. Besar harapan dapat bermanfaat bagi banyak orang. Tabungan uang
bisa diketahui jumlahnya, tabungan yadnya tak usah kita ketahui tapi pastikan
tak pernah berhenti menabungnya. Sebab yadnya itu suci, tulus dan ikhlas, maka
lakukan semua sebagai sebuah yadnya.
Salam Cergas.
Ni Putu Trisna
Sulistyan, S.Pd.SD
Komentar
Posting Komentar