Guru, Bisakah Mengajar Tanpa Belajar?
Untuk bisa menjadi guru, apakah cukup dengan menjadi Sarjana Pendidikan? Apakah gelar akademik itu merupakan sebuah tujuan untuk dapat mengajar? Masalah ini dibahas dan dikupas tuntas secara lebih bermakna dan mendalam oleh Kak Butet Manurung, salah satu narasumber pakar dalam Kuliah Umum PembaTIK Level 4, yang telah dilaksanakan pada hari Selasa, 15 September 2020 pukul 10.30 - 12.00 WIB.
Menurut pemaparan Kak Butet Manurung, untuk bisa mengajar, menjadi Sarjana Pendidikan itu bukanlah tujuan. Kita sebagai guru memiliki tanggung jawab sosial untuk memastikan pendidikan yang diberikan tidak hanya kontekstual tapi juga berdampak. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan yang berdampak, guru harus memastikan bahwa semua prosesnya harus dimulai dari mencintai diri sendiri, memastikan anak-anak mengenal lingkungannya, adat-istiadat, dan orang-orang yang ada di lingkungannya. Sistem pendidikan lokal di masyarakat Orang Rimba, pada awalnya yang menjadi inspirasi bagi Kak Butet Manurung untuk dapat belajar kembali tentang bagaimana sih menyajikan pendidikan yang memang bermanfaat secara operasional bagi masyarakat setempat. Orang Rimpa yang notabene adalah peburu peramu, menganut sistem pendidikan dengan cara mengamati, bermain, dan mengeksplorasi lingkungannya. Pengetahuan yang operasional bagi Orang Rimba adalah yang dapat membuat mereka bertahan hidup.
Pada masyarakat Orang Rimba, telah menghadapi konversi secara besar-besaran area hutan yang merupakan tempat tinggal Orang Rimba. Sementara saat ingin mengajarkan baca tulis, namun masyarakat di sana masih menolak pada waktu itu. Bagi Orang Rimba, "Pena adalah setan bermata runcing" karena setiap kali berurusan dengan orang yang memiliki pena/pensil, mereka pasti akan sial. Dari sanalah Kak Butet mulai belajar kembali, dan memberikan pemahaman bahwa "Untuk mengalahkan setan bermata runcing, kita harus bisa menguasai setan bermata runcing itu."
Dalam konsep pendidikan yang berdampak, literasi, bukan hanya tentang melek huruf, tetapi juga melek masalah. Anak-anak yang sudah bersekolah harus dapat menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Di sana, Kak Butet menerapkan "Metode Hadap Masalah".
Misalnya: saat anak belajar membaca, R-U-S-A = RUSA.
Kegiatan membaca ini, dapat dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan, "Kalian sering makan rusa?" "Kenapa rusa sekarang sedikit?" "Kenapa hutan habis" "Kenapa kalian tidak melawan?"
Jadi, yang dimaksudkan dengan "Metode Hadap Masalah" tersebut adalah mengkontekstualkan kurikulum sebagaimana masalah nyata yang dihadapi masyarakat."
Pada kuliah umum tersebut, Kak Butet juga memaparkan penyebab mengapa sekolah formal selama ini cenderung tidak operasional. Kak Butet mengutarakan fakta bahwa selama ini, sekolah formal tidak mengajarkan kemampuan/potensi sekitarnya. Kemudian, sekolah formal juga tidak mengakomodir cara belajar lokal secara alamiah. Di samping itu, sekolah formal juga tidak mengajarkan cara mengatasi persoalan kehidupan dan perubahan yang terjadi di sekitar anak didik (Setan Bermata Runcing). Sekolah formal, juga diindikasikan belum mengakomodasi nilai-nilai dan kebenaran versi lokal. Maka dari itu, bagi masyarakat Orang Rimba, ada istilah "Sekolah untuk Pergi" karena kelak setelah mereka tamat bersekolah, ilmu yang mereka miliki tidak bisa diterapkan di kampungnya sendiri. Semakin tinggi pendidikan, semakin besar peluang seseorang untuk meninggalkan kampungnya.
Karena guru memegang tanggung jawab sosial maka sebelum mengajar, guru harus selalu belajar terlebih dahulu. Sebagai seorang guru, harus memegang teguh prinsip kerendahan hati (humility), karena pada hakikatnya pendidikan itu membebaskan (e-ducation berasal dari kata e dan ducares artinya membebaskan dari penderitaan). Pendidikan haruslah kontekstual dan berdampak, artinya bekontribusi bagi kehidupan. Pintar dan bodoh itu bergantung kepada siapa yang berbicara dan bagaimana situasinya. Bagi masyarakat rimba, sekolah harus memberikan manfaat untuk kehidupan saat ini, bukan di masa depan.
Simak ulasan lengkap Kak Butet Manurung tentang Motivasi Guru silakan klik DI SINI.
Temukan informasi selengkapnya mengenai
Portal Rumah Belajar Kemdikbud melalui https://belajar.kemdikbud.go.id
Jangan lupa ikuti media sosialnya pada:
Instagram: @belajar.kemdikbud
YouTube: Rumah Belajar Kemdikbud
Facebook: Rumah Belajar Kemdikbud
Komentar
Posting Komentar