Komunikasi, Bukan Hanya Sekedar Ngomong
Bayangkan jika kita hanya "ngomong" dan tidak seorangpun mendengarkan pembicaraan kita itu. Apakah yang seperti itu bisa disebut komunikasi? Masalah ini diulas tuntas oleh Abang Charles Bonar Sirait sebagai salah satu narasumber pakar dalam Kuliah Umum PembaTIK Level 4 yang dilaksanakan pada hari Selasa, 15 September 2020 pukul 09.00 - 10.30 WIB.
Dalam acara yang digelar secara virtual tersebut, Beliau menjelaskan bahwa komunikasi tidak hanya sekedar ngomong. Menurutnya, komunikasi harus dipersiapkan dan diperencanakan secara matang. Persiapan dan perencanaan meliputi apa tujuannya, apa pesan yang akan disampaikan, dan bagaimana cara menyampaikan pesan tersebut kepada khalayak agar dapat diterima. Di sinilah seorang pendidik harus bisa menjadi "Publik Opinion Maker" di dalam kelasnya, oleh karena itulah pendidik juga adalah seorang pemimpin. Seni berkomunikasi juga termasuk seni memimpin.
Lalu, kiat apa sajakah yang bisa dilakukan oleh seorang pendidik agar dapat menjadi public speaker yang 'didengar' oleh para pendengarnya?
Abang Charles Bonar Sirait, salah seorang narasumber pakar dalam Kuliah Umum PembaTIK Level 4, memberikan tipsnya bahwa sebuah pesan akan lebih bermakna ketika disampaikan oleh orang yang berpengaruh. Pendidik adalah pusat perhatian publik. Seorang pendidik harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan publik.
Untuk dapat menguasai public speaking yang efektif, pertama seorang pendidik harus memahami pola komunikasi sederhana, yakni bahwa komunikasi itu terdiri atas pemberi pesan, pesan, dan penerima pesan. Nah, bagaimana cara untuk menyampaikan pesan sehingga bisa diterima oleh orang lain dengan baik.
Pertama adalah membangun impactful communication, yakni membangun rasa simpati dan kecintaan dari pendengar. Rasa simpati dan kecintaan ini dapat dibangun dengan membangun emosi, membuat gerakan-gerakan, touching (sentuhan), menjadi impessive (mengesankan), serta mampu menginspirasi.
Kedua, membangun persuasive communication, yakni mempengaruhi opini dari para pendengar antara lain melalui audio, video, dan alat peraga.
Ketiga, membangun personal branding, yakni meliputi upaya untuk membangun persepsi, asosiasi dan harapan (ekspektasi) dari para pendengar terhadap diri kita. Caranya adalah dengan menjual kelebihan diri masing-masing, dan menunjukkan otentisitas kelebihan masing-masing.
Simak ulasan selengkapnya dari Abang Charles Bonar Sirait dengan cara klik DI SINI.
Temukan informasi
selengkapnya mengenai Portal Rumah Belajar Kemdikbud melalui https://belajar.kemdikbud.go.id
Jangan lupa ikuti media sosialnya pada:
Instagram:
@belajar.kemdikbud
YouTube: Rumah
Belajar Kemdikbud
Facebook: Rumah
Belajar Kemdikbud
Komentar
Posting Komentar